Share

Gemar Menabung

Minggu, 19 Juli 2015

Kurang lebih sejak bulan Mei atau sudah tiga bulan kompetisi yang digelar oleh PT Liga Indonesia dan Kompetisi Amatir Liga Nusantara berhenti. Bahkan Liga Nusantara belum bergerak. Konflik antara Kemenpora dan PSSI bolehlah dikesampingkan sejenak. Bosan rasanya melihat para petinggi PSSI dan Kemenpora bertarung saling adu kuat argumentasi siapa yang benar dan siapa yang salah.

Cerita berlanjut ke pemain yang mencari sambilan lain di luar kompetisi “professional”. Sepakbola tidak mati. Masih ada turnamen antar kampung yang bergulir, bahkan tim dari beberapa kampung rela memakai jasa pemain professional untuk bermain di turnamen tersebut. Miris? Tentu tidak. Masih banyak kemirisan lain dibalik gemerlapnya kompetisi terbesar sekelas ISL sekalipun, entah ada berapa pemain yang gajinya saja belum dicairkan oleh klub, bahkan berbulan-bulan dan pemain tersebut akhirnya pindah klub. Ujung dari kasus tersebut ialah turnamen tarkam. Tarkam? Iya. Lalu kenapa? Masalah? Tentu tidak. Memang uang yang dijanjikan tidak begitu besar jumlahnya, tapi daripada terus dilanda ketidakpastian dari klub yang punya label “professional”, “ahh mending gue ‘narkam’ aja” mungkin begitu celetukan dari pemain sepakbola di negeri ini. Masalah cedera dan lain-lain biarlah urusan mereka, yang penting dapat duit tambahan. Toh pemain sekelas Boaz Solossa pernah kambuh cederanya. Karena apa? Karena tarkam. Padahal kita tahu sendiri klub tempat Boaz bermain, Persipura Jayapura sangat jauh sekali dari gossip berjudul “telat gaji pemain”. Lalu kenapa tarkam? Selain uang yang jumlahnya memang tidak banyak sih, jelas ada lagi. Jaga kondisi atau sebagainya lah, toh saya juga bukan pemain professional jadi saya tidak tahu apa alasan tiap pemain berani mengikuti turnamen tarkam.

Akhir-akhir ini memang kondisi sepakbola sedang grasak grusuk, nggak jelas. Media seolah membesar besarkan permasalahan yang didera para pemain, entah itu pemain harus jualan makanan lah, pemain ikutan tarkamlah. Bahkan beberapa bulan yang lalu saya nonton istrinya Christian Gonzales nangis di Trans 7, ah lebay. Tapi saya selalu mengambil sisi positif dari sebuah permasalahan. Saya melihat glamour-nya panggung kompetisi nasional kita, tidak membuat pemain kita hidup mewah, bahkan cenderung biasa aja kehidupan para pemain bola. “Terus duitnya kemana dong? Perasaan pemain bola nasional kita kalo di TV tampilannya udah macam orang kaya aja”. Jelas banyak pertanyaan yang timbul bila membandingkan yang ada di layar TV, di mana pemain tampak begitu kaya dengan realita sesungguhnya. Tapi sudahlah, jangan suudzon dulu apalagi duitnya hilang entah ke mana atau nuduh mafia, mungkin para pemain bola di Indonesia gemar menabung dan tidak sombong.

1 komentar:

  1. vivin sabrini mengatakan...:

    mantap berita nya
    boleh singgah juga di PREDIKSI DAN BERITA BOLA TERBARU